Woja, 27 Agustus 2024 – SDN 39 Woja Kabupaten Dompu kembali menunjukkan komitmennya dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif dan mendukung perkembangan karakter siswa melalui penerapan budaya positif. Berbagai kegiatan telah diimplementasikan, termasuk program 5 S (Salam, Salim, Senyum, Sopan, Santun), penguatan karakter melalui Segitiga Restitusi, serta penerapan nilai kontrol oleh guru sebagai manajer dalam pembelajaran.
Budaya 5 S: Menanamkan Nilai Sopan Santun Sejak Dini
Program 5 S, yang meliputi Salam, Salim, Senyum, Sopan, dan Santun, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian di SDN 39 Woja. Program ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai sopan santun dan sikap saling menghargai di antara seluruh warga sekolah, baik siswa, guru, maupun staf lainnya. "Kami ingin setiap siswa tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia," ungkap Bapak Amiruddin, S.Pd., selaku kepala sekolah.
Melalui kegiatan ini, siswa dibiasakan untuk selalu memberikan salam saat bertemu, menyalami guru dan teman sebaya, tersenyum dalam setiap interaksi, serta bersikap sopan dan santun dalam segala tindakan. Bapak Amiruddin menambahkan, "Budaya 5 S ini telah menjadi ciri khas sekolah kami, yang tidak hanya mencerminkan kepribadian siswa, tetapi juga menciptakan suasana sekolah yang hangat dan penuh keakraban."
Segitiga Restitusi: Memperkuat Karakter Siswa
Selain program 5 S, SDN 39 Woja juga mengimplementasikan penguatan karakter melalui konsep Segitiga Restitusi. Konsep ini bertujuan untuk membantu siswa memahami kesalahan mereka, bertanggung jawab atas tindakan mereka, dan memperbaiki perilaku di masa depan. "Segitiga Restitusi adalah pendekatan yang efektif dalam mendidik siswa untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Mereka belajar untuk tidak hanya mengakui kesalahan, tetapi juga berusaha memperbaikinya," jelas Bapak Amiruddin.
Dalam pelaksanaannya, guru-guru di SDN 39 Woja dilatih untuk menggunakan pendekatan ini dalam menangani masalah perilaku siswa. Dengan demikian, siswa tidak hanya dihukum atas kesalahan yang dilakukan, tetapi juga dibimbing untuk memahami dampak dari tindakan mereka dan diberi kesempatan untuk memperbaikinya.
Guru Sebagai Manajer: Menerapkan Nilai Kontrol dalam Pembelajaran
Salah satu aspek penting lain dari budaya positif di SDN 39 Woja adalah peran guru sebagai manajer dalam proses pembelajaran. Guru tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai manajer yang mengendalikan suasana kelas, memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan perhatian yang dibutuhkan, serta menjaga agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar.
Bapak Amiruddin menjelaskan, "Nilai kontrol yang diterapkan oleh guru sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang teratur dan efektif. Dengan peran ini, guru mampu menciptakan kelas yang dinamis, di mana setiap siswa merasa diperhatikan dan didukung dalam pembelajaran mereka."
Dukungan Penuh dari Semua Pihak
Keberhasilan penerapan budaya positif di SDN 39 Woja tidak lepas dari dukungan penuh semua pihak, termasuk kepala sekolah, rekan sejawat, peserta didik, dan orang tua. Bapak Amiruddin, S.Pd., menekankan bahwa kolaborasi yang erat antara semua komponen ini adalah kunci utama dalam menciptakan lingkungan sekolah yang positif dan mendukung.
"Dukungan dari semua pihak, mulai dari guru-guru yang berdedikasi, siswa yang antusias, hingga orang tua yang selalu mendukung, membuat program-program ini berhasil diimplementasikan dengan baik. Kami berharap budaya positif ini akan terus berkembang dan menjadi fondasi kuat bagi pembentukan karakter siswa di masa depan," tutup Bapak Amiruddin.
Dengan berbagai kegiatan ini, SDN 39 Woja Kabupaten Dompu berusaha berubah menjadi lebih baik dan membuktikan bahwa budaya positif tidak hanya berdampak pada prestasi akademik, tetapi juga pada perkembangan karakter siswa, yang akan menjadi bekal mereka dalam menghadapi tantangan di masa depan.

.jpeg)
إرسال تعليق
Terimakasih atas komentar anda