Implementasi Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) Menggunakan Kerangka 4P (Peristiwa - Perasaan - Pembelajaran - Penerapan)

 


Refleksi Implementasi Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) Menggunakan Kerangka 4P (Peristiwa - Perasaan - Pembelajaran - Penerapan)

Indikator:

  1. Pengajaran eksplisit
  2. Integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik
  3. Penciptaan iklim kelas dan sekolah
  4. Penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan

1. Peristiwa (Apa yang Saya Lihat)

Saya terlibat langsung dalam mengimplementasikan pembelajaran sosial dan emosional (PSE) di kelas dengan menggunakan 4 indikator utama. Pada saat pengajaran eksplisit, saya mengajarkan keterampilan sosial dan emosional secara langsung melalui diskusi kelompok, permainan peran, dan refleksi diri. Setiap pertemuan mencakup materi yang jelas tentang bagaimana mengelola emosi, berempati, dan berkomunikasi secara efektif.

Selain itu, PSE diintegrasikan ke dalam kurikulum akademik saya. Misalnya, ketika mengajarkan pelajaran bahasa Indonesia, saya menghubungkan pemahaman teks dengan pengalaman emosional siswa. Begitu pula dalam matematika, siswa diajak bekerja sama dalam menyelesaikan masalah yang menekankan pentingnya kolaborasi dan keterbukaan terhadap perspektif lain.

Iklim kelas yang kondusif diciptakan dengan memastikan bahwa semua siswa merasa aman untuk berbicara dan berbagi tanpa takut dihakimi. Suasana sekolah juga berubah, dengan lebih banyak perhatian diberikan pada kesejahteraan siswa dan guru, baik secara emosional maupun sosial.

Di tingkat tenaga pendidik, guru dan staf lain terlibat dalam penguatan kompetensi sosial dan emosional mereka melalui pelatihan rutin dan diskusi kelompok, yang difasilitasi oleh kepala sekolah dan konselor sekolah. Hal ini memberi tenaga pendidik alat dan keterampilan yang diperlukan untuk membantu siswa dengan lebih baik.

2. Perasaan (Apa yang Saya Rasakan)

Selama proses ini, saya merasakan antusiasme yang besar, terutama ketika melihat siswa semakin terbuka dalam berbagi perasaan mereka. Ada rasa puas ketika melihat mereka menerapkan keterampilan sosial dan emosional dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Di sisi lain, ada rasa cemas di awal proses karena saya khawatir tidak semua siswa akan merespons dengan baik atau enggan berpartisipasi.

Namun, seiring waktu, perasaan percaya diri semakin meningkat, terutama setelah melihat perubahan positif yang ditunjukkan oleh siswa dan dukungan dari rekan sejawat. Interaksi antara siswa menjadi lebih hangat, dan suasana belajar terasa lebih inklusif dan menyenangkan.

3. Pembelajaran (Apa yang Saya Pelajari)

Dari proses ini, saya belajar bahwa pengajaran eksplisit keterampilan sosial dan emosional sangat efektif ketika diberikan dalam konteks yang relevan dengan kehidupan siswa. Saya juga menyadari bahwa integrasi PSE ke dalam kurikulum akademik tidak hanya memperkaya pembelajaran, tetapi juga memperkuat keterampilan interpersonal siswa, yang pada akhirnya meningkatkan hasil belajar.

Umpan balik dari siswa dan rekan guru sangat positif. Siswa merasa lebih nyaman mengelola emosi mereka, sementara guru lain merasa termotivasi untuk menerapkan strategi serupa di kelas mereka. Beberapa siswa bahkan mengungkapkan bahwa mereka merasa lebih dihargai dan didengarkan, yang mendorong mereka untuk lebih aktif berpartisipasi dalam kegiatan kelas.

Namun, dari umpan balik tersebut, saya juga menyadari bahwa masih ada beberapa tantangan dalam memastikan semua siswa terlibat secara aktif. Beberapa siswa yang pemalu atau memiliki kesulitan dalam mengungkapkan emosi perlu didampingi dengan pendekatan yang lebih personal.

4. Penerapan (Apa yang Ingin Saya Perbaiki)

Ke depan, saya ingin memperbaiki cara saya mendukung siswa yang lebih pendiam atau yang kurang percaya diri dalam berbagi emosi. Saya akan menggunakan lebih banyak pendekatan kreatif seperti seni dan musik untuk membantu siswa mengekspresikan perasaan mereka dengan cara yang lebih nyaman.

Saya juga berencana untuk meningkatkan kolaborasi dengan orang tua agar pembelajaran sosial dan emosional juga diperkuat di rumah. Saya akan memberikan panduan sederhana kepada orang tua tentang bagaimana mereka bisa membantu anak-anak mereka mengelola emosi dan membangun keterampilan sosial.

Untuk dampak yang lebih luas, saya akan berkolaborasi lebih erat dengan rekan sejawat untuk menciptakan pendekatan PSE yang lebih terintegrasi di seluruh mata pelajaran. Hal ini akan memungkinkan siswa mendapatkan manfaat penuh dari PSE, tidak hanya di dalam kelas saya tetapi di seluruh lingkungan sekolah.

Contoh Kegiatan Pembelajaran Sosial dan Emosional di Kelas

Kegiatan: Mengelola Emosi Melalui Permainan Peran
Tujuan: Membantu siswa mengenali dan mengelola emosi dalam situasi sehari-hari.
Langkah-langkah:

  1. Bagikan siswa ke dalam kelompok kecil (3-4 orang per kelompok).
  2. Setiap kelompok diberikan skenario singkat yang melibatkan situasi emosional, seperti perselisihan dengan teman, menghadapi kegagalan, atau menerima pujian.
  3. Siswa dalam kelompok memainkan peran sesuai dengan skenario, menunjukkan bagaimana mereka akan menangani situasi tersebut.
  4. Setelah permainan peran, setiap kelompok merefleksikan cara mereka mengelola emosi dan membahas strategi yang lebih baik untuk mengatasi situasi serupa di masa depan

Dengan pendekatan ini, saya berharap implementasi PSE dapat terus berkembang, memberikan dampak positif bagi siswa dan tenaga pendidik di SDN 39 Woja.

Post a Comment

Terimakasih atas komentar anda

Lebih baru Lebih lama